Tuesday, June 18, 2013

DONGENG: When Love was Blinding Them

Posted by Wenny Defisilianti at 4:10 PM

 "When Love was Blinding Them"


Dahulu kala ada seorang 2 orang pangeran mereka bersaudara. Sang kakak bernama Edward dan adiknya bernama Richard. Hari-hari mereka lalui bersama penuh keakuran. Mereka tumbuh bersama menjadi pria yang tangguh dan kuat. Satu sama lain saling melindungi. Bahkan jika salah satu dari mereka sakit yang lain pun akan merasakan sakit saja. Mungkin lebih dari saudara dengan 2 orang yang berbeda, mereka seperti satu kesatuan yang mempunyai kontak batin kuat.

Tak terasa sudah 20 tahun berlalu..         
dimulai pada saat adanya kunjungan kerajaan seberang yang dipimpin seorang putri yang cantik. Tubuhnya yang semampai, matanya yang indah bagai purnama, bentuk bibir yang sempurna seperti merah menggoda buah cherry. Balutan gaun cantik penuh kelap kelip permata menambah kesempurnaannya. Bahkan kulitnya yang halus dan bersih mungkin bisa membuat semut pun terpeleset. Idealnya putri impian para pangeran. Ia bernama Helena.
Hanya lelaki bodoh yang tak menyukai putri Helena. Termasuk Richard dan Edward pun telah jatuh hati pada putri Helena dalam sekejap. O’o... bagaimana mungkin 2 orang bersaudara menyukai 1 orang wanita yang sama. Apa yang terjadi?? Perang saudara.

Edward dan Richard yang sebelumnya tak terpisahkan malah berbalik saling bersaing mendapatkan hati sang putri.  Palu persaingan telah dipukul. Richard yang sudah kepalang emosi  melakukan cara-cara yang curang entah apa yang ia pikirkan sampai mempunyai niat menjatuhkan sang kakak Edward. Namun Edward berjuang mendapatkan hati sang putri secara sportif seperti mengirimi pesan puisi kepada sang putri setiap hari. Mengirimi bunga setiap sore. Bahkan sengaja datang hanya untuk mengucapkan selamat malam kepada Helena. Membuat Putri Helena pun menjadi jatuh hati pada pangeran Edward. Butir-butir cinta mereka rajut. Namun...

Richard yang agak angkuh dan mementingkan egonya sendiri. Darahnya mendidih melihat sikap Edward dan Helena. Marah yang semakin parah, membuatnya kalut dan tidak bisa mengendalikan diri ditambah keinginannya untuk menguasai kerajaan yang sebelumnya dipimpin oleh ayahnya, semakin kuat niatnya menyingkirkan Edward. Richard pergi ke seorang penyihir hebat di daerah tersebut, untuk meminta bantuannya mengutuk Edward dan Helena menjadi seekor hewan. Bimsalabim! Jadilah keduanya seekor marmut. Dibawanya kedua marmut tersebut ke dalam hutan dan dipisahkan satu sama lain. Betapa sedihnya Edward menerima adiknya berubah kejam seperti itu.

Bertahun-tahun berlalu Edward dan Helena sampai saat itupun belum bertemu kembali. Sampai pada suatu hari dalam taman yang indah dimana bertebaran bunga-bunga nan indah, diliputi langit cerah bersuara gema kicauan burung, rerumputan hijau yang membentang ditemani kokonya pohon-pohon cherry yang rindang , ditepi ada sungai berair bening yang mengalir tenang dalam bebatuan ditambah air terjun telaga yang bersenandung denga gemericiknya.. sampailah mereka berdua dalam tempat indah itu , ketika mereka bertemu ada cahaya yang terang yang mengubah mereka kembali menjadi manusia yang utuh, gagah tampan dan cantik jelita. Berpelukan lah mereka dalam hanyutan cinta dan kerinduan yang meluap-luap. Edward mengecup kening Helena penuh tatapan kasih.

Dalam Kerajaan Richard berkuasa dalam kerajaan, menjadi raja yang tamak dan kejam pada rakyatnya. Yang kemudian disusul dengan kedatangan Edward dan Helena yang kesal terhadapnya. Edward terkejut dengan kembalinya mereka  berdua amarahnya tak terbendung. Terjadilah perang antara Adik dan Kakak ini, Richard mengerahkan seluruh pasukannya untuk menghadang perlawanan Edward, namun hasilnya nihil. Edward mampu menyingkirkan pasukan tersebut dengan pedang yang diwariskan sang Raja yaitu ayahnya. Akhirnya hanya tinggal Richard yang mau tidak mau turun tangan melawan Edward. Mata tajam keduanya bertemu diantara dua pedang yang siap menyayat tubuh salah satunya, kerutan dahi mereka semakin mempertegas permusuhan yang terjadi, peraduan dua pedang terus berlangsung , Helena hanya diam melihat kejadian tersebut penuh ketakukan akan kalahnya Edward dalam hati ia berdoa agar Tuhan selalu melindungi Edward membiarkannya mendapat kebahagian yang mutlak atau mungkin perdamaian yang hakiki antar kakak beradik itu. Namun takdir berkata lain, pedang Edward menjatuhkan Richard, menyayat bagiad dadanya darah mengucur pada arterinya membuat baju kerajaannya berubah berwarna merah pekat penuh lumuran aliran darahnya sekarat ia karena tusukan pedang Edward. Walau demikian, Edward tak pernah sama sekali berniat membunuh sang adik yang ia sayangi sampai saat ini.

Terbata-bata Richard berbicara pada Edward, meminta maaf atas apa yang ia telah lakukan atas mereka. “aku mencintai Helena, namun tak lebih besar dari rasa cintamu.. hatiku ternodai atas sikap kejamku, iriku, dan tamakku.. Kalian pantas memiliki hidup bahagia, pimpinlah kerajaan ini dengan bijaksana, penuh cinta.. Jagalah helena seperti dulu kau menjagaku...” kata Richard pada hembusan nafas terakhirnya.
Hiduplah Edward dan Helena berbahagia menjadi pemimpin kerjaan dan negrinya pun makmur dan sejahtera. Merekapun dikaruniai dua orang anak yang cerdik dan lucu dengan nama Steven dan Alice, yang menambah kebahagian hidup yang selama ini mereka impikan.


*Rasa iri setitik akan mengalahkan kasih sayang seluas samudera yang telah dimiliki bertahun-tahun. Berbahagialah saat yang lain bahagia dan bijaksanalah saat yang lain membutuhkan nasihat. Jagalah hubungan baik antar sesama. Karena Tuhan telah rencanakan kehidupan yang lebih baik dari apa yang sekedar kita impikan.

~THE END~

0 comments:

Post a Comment

thanks for read :D

 

::Little Secret:: Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea